Alhamdulillah, ucapan syukur mari selalu kita panjatkan setelah akhir minggu dan awal liburan sekolah ini, kita masih diberikan kesempatan untuk bisa menatap indahnya sinar sang Bagaskara dan bla..bla..bla (lagi ceramah nih pak Kiayi..?) Maaf ini bukannya ceramahnya pak Ustad, cuman mengingatkan pada kawan semua bahwa kita memang seharusnya selalu mengaktualisasikan rasa syukur atas semua yang telah Allah berikan kepada kita secara gratis. Gemana caranya pak Ustad ? Wah... itu tergantung kepada diri kita sendiri, kalau yang banyak rezeki ya..dengan menolong sesama yang membutuhkan, perbanyak sodaqoh, jangan merusak alam lingkungan. Bagi yang pinter dan punya kelebihan di Ilmu Pendidikan, ya...ajari anak-anak dan pemuda serta masyarakat sekitarnya biar jadi orang yang pinter. Khan iya toh......
Okey, pada kesempatan ini aku mau cerita kisah perjalananku ke salah satu daerah yang nurut aku, jauh banget dari keramaian kota (sekitar 2 jam perjalanan dengan kendaraan)namun ada berkah kemakmuran yang Allah berikan pada daerah ini. Ceritanya pada hari Sabtu kemarin (weekeend, kata kerennya) aku ama keluarga silahturahmi ke salah satu keluarga yang kebetulan di tugaskan di daerah yang terpencil (nurut aku).
Awal perjalanan berjalan dengan mulus dalam pengertian kondisi badan masih fresh dan jalanan yang lancar dan okey-okey aja. Memasuki kawasan hutan pinus dan perkebunan teh, kondisi mulai mencekam karena jalan yang berkelok dan naik turun. Canda tawa mulai hilang berganti kecemasan dan sedikit ngeri lihat kanan kiri jalan adanya jurang dan bebatuan. Palagi jalannya nggak lebar-lebar amat, bahkan untuk ukuran kota adalah sempit. Cuman doa, doa dan doa yang selalu terlontar sepanjang jalan. Keindahan alam yang memang indah dan menakjubkan, lewat begitu aja, saking tegangnya kami. Dan perjalanan yang cuman 2 jam terasa seperti 5 jam-an. Dan alhamdulillah sampai juga akhirnya kami di lokasi saudara kami. Kesan pertama adalah udara dingin yang menusuk dan kok, rumahnya pada bagus-bagus banget ya.., nggak kalah dengan perkampungan kota. Padahal kalau berhitung material bangunan, mahal banget. Wong semen 1 zak aja harganya bisa mencapai 60 - 65 ribu. Lah...padahal ini masih Jawa Tengah man.... Gemana hayo. Coba berapa harga besi dan kayunya...? Wah aku sendiri nggak kebayang biaya untuk buat 1 rumah huni ukuran 36 aja. Ratusan juta man... Tapi kok warga sini pada bisa mbangun rumah megah dan garasinya ada tongkrongan mobil yang bagus juga kayak AVANZA. Inilah kemurahan dan rahmat Allah yang memang adil Maha Adil. Didaerah yang jauh dari hingar biangarnya kota, diberikan kelebihan rezeki yang melimpah. Dari perjalananku di wekeend ini ada pelajaran amat berharga yang bisa aku petik, bahwa sebagai manusia ciptaan Allah, kita harus senantiasa bersyukur dan saling menghargai sesama ciptaan Allah yang lainnya. Jangan sampai bersikap adigang, adigung, adiguna. Artinya bersikap dan berbuat semena-mena, sakepanak wudele dhewek (semaunya sendiri. Okey, cerita lainnya bisa kita temui di perjalanan lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar